Setiap kali kau menengadah ke angkasa
Kau akan lihat betapa dekatnya dirimu dengan semesta
Dan sebelum kamu memutuskan untuk berlalu
Jejak rinduku sudah lebih dulu mengguratkan namamu
Kenanglah aku sebagai tubuh yang tak pernah rapuh memahami diksi
Yang tak pernah berhenti  melampirkanmu dalam ruang batinku
Yang tak pernah berhenti mengunggah rinduku pada sebait do’a
Tolong, jangan hempaskan rinduku pada sebuah jelaga
Karena ku tahu pasti ia akan menghempaskan rinduku ke udara
Jadi, Rawatlah aku dalam imanmu selalu
Bimbinglah aku dalam tetesan air mata rayuanmu pada Tuhan
Aku bukanlah sosok terpuji yang kamu cari
Karena aku hanyalah gadis yang tertunduk sendu di ambang pintu
Yang sesekali mencoba untuk mengintip kehadiranmu dari bilik masa depan
Jadi, Siapapun namamu, ku mohon pulanglah.
Bandung, Februari 2016
Pada Perasaan yang Tak Berjarak